Rabu, 16 Desember 2009

INVESTASI UNTUK RUMAH TINGGAL

Ini untuk yang modalnya gak banyak ya..

Enaknya beli ruko, karena bisa disewakan dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pada kita menyewakan rumah tinggal. Tapi hindari beli ruko yang hanya melayani kompleks pemukiman kecil, karena pasarnya tidak banyak, sehingga perdagangan relatif sepi.

Kalau sanggupnya hanya beli rumah tinggal, mungkin ini bisa jadi patokan :
  1. Bila untuk dikontrakkan atau dijual lagi, sebaiknya beli tipe kecil. Karena lebih cepat laku.
  2. Beli kavling yang terletak di jalan utama, karena ideal untuk dijadikan tempat usaha rumahan.
    Jalan utama biasanya ada di depan kompleks, sehingga ketinggian tanah lebih tinggi daripada rumah yang lebih ke dalam. Coba deh perhatikan, rata-rata makin ke dalam letak rumah, makin rendah ketinggian tanahnya sehingga rawan banjir.
    Jalan utama biasanya juga dilewati angkutan umum, sehingga tidak perlu jalan jauh atau harus naik ojek.
  3. Kalau terpaksa beli di jalan dalam, usahakan lebar jalan minimal muat 2 mobil. Biasanya developer mencantumkan lebar jalan di master plan, istilahnya ROW. Bila ROW 7, bukan berarti lebar jalannya 7 meter, tapi yang efektif terpakai untuk lalu lintas hanya 60%. Sisa 40% untuk got, penghijauan, dsbnya. Lebih bagus kalau bisa dapat rumah yang berhadapan dengan fasilitas umum seperti taman atau bagian depan sarana pertemuan/olahraga.
    Kenapa minimal lebar jalan 2 meter, karena tamu kita gak repot cari parkir kalo kita bikin hajatan atau buka usaha. Beberapa Bank juga menerapkan aturan rumah dengan lebar jalan minimal sebagai rumah yang layak dijadikan agunan kredit.
  4. Jangan dekat-dekat sutet, dan jangan dikepung oleh tanah orang lain (sehingga kita tidak punya akses jalan keluar), karena tidak feasible untuk agunan kredit.
  5. Belilah rumah dikompleks yang memiliki banyak rumah, atau akses ke kompleks tetangga terbuka lebar. Karena membeli rumah di cluster-cluster eksklusif hanya cocok untuk ditinggali sendiri. Untuk cari penyewa sulit karena akses masuk tidak bebas, apalagi kalau mau buka toko. Pasarnya paling banyak cuma 50 rumah di dalam cluster itu saja.
  6. Bila setelah bertahun-tahun kompleks rumah kita sepi (sehingga harga tanah tidak naik- naik), kreatiflah. Pelopori pasar kaget di kompleks tersebut, yang bisa merambat terbukanya peluang bisnis di daerah tersebut, sehingga harga tanah ikut naik.
  7. Coba cari rumah yang dekat dengan kompleks perumahan elit, karena walaupun hanya perumahan non real estate, kompleks kita bisa ketularan fasilitas dari real estate tersebut. Atau lihat di peta seperti Jakarta Map yang komplit, disana terkadang terlihat arah pembangunan suatu perumahan elit. Misalnya Villa Nusa Indah, awalnya terlihat jauh dari Kota Wisata. Tapi di peta Jakarta 2002 sudah terlihat daerah pembebasan tanah Kota Wisata makin menuju Jati Asih, akhirnya saat ini Villa Nusa Indah menjadi tetangga dari pintu belakang Kota Wisata.
  8. Dan yang terakhir, sebagai penghuni kompleks, kita jangan egois, sehingga maunya pasang portal sana-sini. Dengan portal, kompleks kita jadi terkukung, nilai ekonomis property juga jadi rendah. Yang rugi, penghuninya juga 'kan?

Demikian sharing dari saya, berdasarkan pandangan dari ayah saya, dan dari pengalaman tinggal di Kelapa Gading, daerah yang kaya komunitas bisnis, tapi juga kaya komunitas yang hobi berportal/cluster ria, sehingga mudah membandingkan 2 kondisi ini.

Mohon dipost kalau ada sharing berharga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar