Minggu, 27 Desember 2009

IMPIAN DI VILLA TDA - INVESTASI UNTUK RUMAH TINGGAL (some repeated)

Pak Rawi Wahyudiono http://rawiwahyudiono.wordpress.com/2009/10/10 adalah seorang teman dari TDA Bekasi (kita belum pernah ketemu Pak, semoga gak marah diaku-aku teman) yang sedang antusias dengan masalah property. Lewat Property Plus, semangatnya menular ke teman-teman di TDA Jaktim. Sehingga akhirnya saya ketemu blog Pak Rawi.
Seru juga mengikuti lika-likunya memperdalam property bersama TDA dan EU(seru juga tulisan2 di blog-nya), Insya Alloh bisa jadi boss property..
Saya mendukung semangat untuk mendirikan Villa TDA. Tapi saya ada harapan, semoga bisa dipertimbangkan :
Sebaiknya tidak hanya developernya yang TDA, tapi juga penghuninya. Sehingga kompleks perumahan harus dibuat strategis dan kondusif untuk kegiatan bisnis.
Caranya :
  1. Perhitungkan lebar jalan didepan rumah. Terus terang, developer hanya menyerahkan pada pembeli untuk melihat site plan pembangunan, dan pembeli akan menterjemahkan sendiri apa artinya ROW di depan kavling yang dibeli. ROW 16 pasti dianggap lebar jalan 16 meter. ROW 7 lebar jalan 7 meter. Padahal prakteknya hanya 60% yang efektif untuk kendaraan, karena sisanya untuk pengairan dan penghijauan. ROW 7, artinya jalan yang bisa dipakai lewat cuma 4 meter. Coba bayangkan bila kondisi rumah berhadap-hadapan. Berarti mobil tidak bisa parkir di jalan (karena bila 2 rumah berhadapan saling parkir mobil di depan rumah, tidak ada space lagi untuk lewat). Susah dong, untuk pengembangan bisnis.
  2. Buatlah fasos minimal untuk warga berupa lapangan olahraga. Ketua RW atau siapapun, bisa mengkoordinir untuk mengadakan bazaar atau pasar kaget rutin di lapangan ini. Sangat bermanfaat untuk penghuni belajar jadi TDA. Atau bisa juga ber bazaar di jalan, dengan catatan jalan cukup lebar untuk itu.
  3. Please, please, jangan buat cluster atau portal sana-sini. Biarkan warganya aktif menggiatkan siskamling (siskamling warga cocok untuk ajang silaturahmi warga laki-laki, kalo perempuan 'kan di arisan). Kompleks tertutup tidak feasible buat bisnis. Karena mau masuk saja sudah harus nyerahin KTP. MMD... Males Masuk Deh...
  4. Daerah terbuka juga memudahkan angkutan umum lewat. Nature-nya angkot itu, memang sebanyak mungkin muter-muter. Jalan-jalan sempit di daerah Rawamangun padat dengan toko, distro, kursus, warung, apapun... Ya, karena angkot terbuka lewat disana. Yang, diuntungkan warganya, tidak perlu jalan jauh-jauh untuk nyetop angkot and lingkungan kita jadi asyik untuk bisnis.
TDA dan EU cukup aktif mengkampanyekan bahwa Indonesia idealnya punya 2 juta entrepreneur. Percaya deh, seperti koin Prita, kampanye ini banyak dapat sambutan. Belum kelihatan memang, karena saat ini sebagian besar masih dalam bentuk embrio. Kaitannya dengan Villa TDA? Daerah yang ramai kegiatan bisnis, awalnya mungkin macet dan crowded, tapi selama ini pemerintah juga tidak diam, pelan2 difasilitasi deh daerah yang sudah ramai. Lumayan, jalan dibagusin, dilebarin, banyak perumahan baru disekitar, naik deh harga rumah kita.
Demikian harapan saya, mohon sharingnya..

Rabu, 23 Desember 2009

IKUT SEMINAR CIPTO JUNAEDY

Karena lagi senang cari-cari ilmu diluar kerjaan sehari-hari. November kemarin saya ikut seminar Property Tanpa Uang dari Cipto Junaedy. Iklannya ada di Kompas, Free, diadakan di Hotel SuisBell Mangga Besar jam 18.00-21.00 dan menjanjikan banyak trik untuk punya property tanpa uang.

Kebetulan saya punya tabungan pendidikan yang bunganya minim banget - INGAT, HASIL INVESTASI HARUS BISA MENGALAHKAN TINGKAT INFLASI, jadi kalo inflasi setahun 10%, dan suku bunga tabungan kita cuma 3%, ya nggak nendang - karena tabungan tersebut akan jatuh tempo, saya sedang berusaha cari gantinya. Jumlahnya tidak besar cuma 700rb sebulan, kalo dialihkan ke KPR, mungkin akan lebih menguntungkan karena kabarnya investasi property bisa 10% - 20% setahun. Cukup untuk mengalahkan inflasi kan?

Dengan semangat itulah saya ikut seminar ini.

Sebagian besar waktu seminar (atau mungkin untuk menunggu peserta datang memenuhi ruangan ya?) isinya untuk memotivasi peserta kalau mereka yakin, bisa lho beli property tanpa uang.

Sekitar jam 20.00an barulah tipsnya muncul.

Pertama : JADIKAN PROPERTY KITA SPOT UNTUK PASANG BILLBOARD.

So, pertama-tama, cari property yang lahannya bisa dijadikan spot tempat pasang Billboard perusahaan. Hubungi pemiliknya, bayari akte notaris untuk Akad Jual Beli, tapi minta waktu pada pemiliknya agar pembayaran atas propertynya bisa ditunda.
Selanjutnya cari Bank untuk minta KPR, bersamaan waktunya cari juga perusahaan yang mau pasang Billboard di lahan tersebut. Setelah perusahaannya dapat, gunakan uang dari penyewaan lahan Billboard untuk bayar uang muka KPR. Selanjutnya gunakan uang KPR untuk bayar propertynya.

Kedua : JADIKAN TAMPAK MUKA PROPERTY ANDA UNTUK DIPASANG WALLSIGN PRODUK PRODUK IKLAN

Kalau yang ini, kita harus punya toko dulu. Lalu bagian muka toko kita (biasanya lantai atasnya)kita sewakan pada perusahaan yang mau pasang produknya di toko kita. Jadi kalo tokonya toko electronik, kita bisa minta Sony, Sharp, Panasonic, dll, untuk pasang wallsign di toko kita. Hasil sewanya bisa untuk bayar cicilan KPR.

Bagaimana? Simple? Ya, didunia mana sih yang tidak mungkin. Tapi sepertinya susah buat saya.

Kalau mau tahu belasan strategi yang lain, kita harus ikut seminar berbayarnya. Satu hari full, Rp 2.500.000,- (tapi harus beli bukunya dulu seharga Rp 90.000,-, dan daftar saat itu juga).

Di akhir seminar, Cipto menyuguhkan situasi seminar di berbagai tempat dan penjelasan dari sang pemberi seminar atas tokoh2 yang katanya telah sukses membeli property tanpa modal.

Karena modal ngepas, saya cuma sanggup beli bukunya. Hardcover Rp 90.000,- sekitar 100 lembaran. Terus terang, buat pecinta baca, ini buku, nggak banget. Karena 3 jam kita harus mendengar omongan, dan tertarik membeli buku dengan harapan ada yang lebih dari sekedar isi seminarnya, tapi ternyata isinya mirip banget dengan omongan seminar.

Tapi ada lho, yang beli bukunya, trus ikut free seminarnya, dan bersemangat daftar seminar berbayarnya..Karena masih penasaran dengan isi seminar berbayarnya, saya coba deh browsing, dan ini yang saya dapat dari forum.detik.com :

31st July 2009, 09:55
antoup
Registered Member Join Date: May 2008
Location: Jakarta
Posts: 1

Oreo

--------------------------------------------------------------------------------

Saya share perihal seminarnya Cipto Junaedy bro,
Saya juga termasuk salah satu peserta seminarnya dia, waktu itu saya dateng ke previewnya dan cukup menarik. Yang membuat menarik adalah cara mencari uang dalam jumlah banyak, dengan usaha cerdas, dengan cara membeli properti tanpa uang. Di preview tsb juga ada sedikit motivasinya, jadi selain mengajar berbisnis properti, dia juga bisa juga sebagai motivator.

Tapi saya sadar, seperti halnya seminar2 lain yg saya ikutin, tidak semua peserta seminar sukses. Hanya 10% atau mungkin kurang dari katakan 8 lajur kursi x 8 baris x 2 bagian , katakan 100 peserta waktu itu, yang berhasil menerapkan ilmunya.
Sedangkan yg 90% tidak jelas mau kemana, tidak bisa action dan tidak bisa langsung dapat duit.

Dan saya termasuk yang 90% nya ini.

Di awal memang saya sudah menyadari, dengan mengikuti seminar seharga 2 juta ini saya punya potensi resiko gagal atau berhasil. Tapi saya tertarik karena dia bilang yang tidak berpengalaman PUN bisa berhasil, lalu ya tidak ada salahnya saya menggesek dengan menggunakan kartu kredit untuk ikut seminar ini.

Menurut saya seminar ini bisa dilakkukan oleh orang yang sudah pernah berbisnis properti / agent properti / pemain properti yang sudah lama. Kalo sama sekali belum, maka kalian harus memiliki effort dan kerja yang super keras, karena ternyata pengalaman yang dibutuhkan cukup banyak untuk menerapkan strateginya dia. Memang ada cara dia supaya berhasil, yaitu dengan mentoring gratis 6 bulan. Tapi, saya hanya bisa pasrah saat saya telepon tidak diangkat (mungkin lagi seminar) dan sms tidak dibalas.

Atau bila loe cuma mau mendapatkan informasinya saja, ya boleh lah dateng ke sana, tapi jangan ngarepin banyak.


Atau kalian akan bernasib sama seperti saya, yg tidak bisa menjalankan sampai sekarang ini.

Atau sharing dari yang pernah liat testimoni :

9th July 2009, 08:52
bodpoq
Mania Member Join Date: Feb 2009
Posts: 2,399


--------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Originally Posted by ishadow76
Saya baru ikut seminar nya sich tanggal 20 Juni 2009

Tadinya saya tidak mau ikut, karena saya juga korban dari seminar2 mahal investasi lain nya tapi bukan properti tapi dalam pasar modal
Alasan saya ikut:
1. harga tidak semahal seminar lain nya
2. yang saya suka di sini ada mentorship 6 bulan, bener seperti yang di katakan teman kita membuat kelompok terdiri dari beberapa orang lalu kita coba beli properti tanpa uang
3. saya setiap ikut seminar lebih memilih percaya karena ada kemungkinan berhasil daripada sudah tidak percaya dari awal kalo sudah tidak percaya dari awal kan sudah tidak mungkin berhasil, karena saya bukan high salary employee seperti teman2 jadi jalur saya untuk berhasil yah street fighter (belajar di jalanan)

apakah ini sesuatu yang mudah? saya jawaB JUJUR ini SUSAH tapi bukan berarti tidak mungkin, dan selalu hukum berlaku 90:10 dari yang ikut paling hanya 10% yang berhasil sisanya tidak berhasil

banyak seminar yang ngajarin beli properti dapat uang dengan cara begini:
Cari harga properti murah sekali, biasanya jaman krisis skrg banyak orang butuh uang jadi jual properti mereka misalkan harga properti di pasaran 1 M, maka karena orangnya butuh duit maka di jual 700 juta. Lalu kita ajukan KPR, dan selalu ada orang bank yang appraisal harga rumah tersebut, nah kalo orang bank setelah menilai ternyata harga pasaran 1 M, maka biasanya KPR yang di setujui 80% jadi kita dikasi pinjaman 800 juta sedangkan kita membeli 700 juta kan, maka nya ada cash back 100 juta ini yang banyak di ajarin di seminar2 membeli properti tanpa uang malah dapat cash back. Ini udah banyak sekali orang yang berhasil menggunakan cara ini. TETAPI INI TIDAK DIANJURKAN DI SEMINAR BP CIPTO
kpr di seminar Bp Cipto itu opsi terakhir karena logikanya 100 juta itu bukan profit tetapi sebagai beban kita karena pinjaman kita di bank 800 juta dan kita tetap harus membayar bunga.

testimoni pertama saya tidak percaya sama testimoni di koran2 sampai setelah ikut mentorship ke dua kali. ada orang yang kasi kesaksian
namanya Bp Pri dia beli properti senilai 8 M tanpa uang
ceritanya gini:
dia dapat properti nilai nya 11 M karena yang punya nya sudah frustasi akhirnya di tawar 8 M dikasi, tapi di kasi waktu 1 bulan untuk bayar.
nah kebetulan di sebelahnya ada POM bensin dia butuh perluasan lahan, ditawarin sama Bp Pri untuk sewa properti di sebelah rumahnya sebesar 5% dari harga pasaran rumah tersebut karena untuk usaha maka yang punya pom bensin mau sewa 15 taon => berdasarkan harga pasaran 11 M dan sewa per taon 5% maka dalam 15 taon sewanya 8,25 M
jadi Bp Pri benar2 beli tanpa uang malah dapat cash back 250 juta dan ini sudah profit dan propertinya jadi milik pribadi

SAYA DENGAR SEPERTI DONGENG SAJA jadi saya percaya mungkin terjadi tapi emang tidak gampang, tapi yah kalo semua gampang semua orang udah pada kaya donk wakakakaka
tapi yah saya tetap mencoba belajar dan ga tanggung2 saya belajar dari sisi investor saya juga belajar dari sisi broker, makanya saya gabung jadi marketing broker juga

kalo ada teman2 mau jual atau beli rumah kontak saya, bisa saya bantu
oh yah lokasi saya di Jakarta
021-946 90 956

ini sharing saya buat teman2 di detik semoga bisa sebagai bahan masukan tapi jika tidak menarik yah sudah anggap saja angin lalu

cheers
--------------------------------------------------------------------------------

mau nanya dong...

dia jelasin gak bayar properti 8 M pake apa?

dia kan sewain tuh, dapet 400jt/tahun...

tapi kan dia harus bayar properti 8 M nya di awal...apakah dia bayar cash, atau kredit? kalo kredit kan harus bayar DP? dari mana? apa dia pake juga strategi yang umum??

13th July 2009, 09:43
bodpoq
Mania Member Join Date: Feb 2009
Posts: 2,399


--------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Originally Posted by ishadow76


bro bodpog trus terang aja saya ga bole jelasin di sini, cuma saya coba jelasin de tapi sebisa saya semoga teman2 terbuka mata nya

harga 8 M itu sudah di tawar, harga pasaran 11 M
jadi patokan nya sewa itu dari 11 M bukan dari 8 M
11 M x 5% (biasa sewa di indo setaon 4-5%) = 550 juta

jadi pertaon dapat 550 juta tapi disewa 15 taon
15 taon x 550 juta = 8,25 M

PROSES nya
beli harga 8 M dengan membuat PPJB (Perjanjian Pengikatan Jual Beli) di dalam PPJB di tulis salah satu klausulnya yaitu meminta waktu pembayaran dalam kasus ini dapat 1 bulan, harus bayar kontan atau kalo tidak perjanjian gugur dengan sendirinya.
setelah mendapat PPJB ini sudah kuat dan bisa di bawa ke notaris untuk melakukan perjanjian sewa jadi dapat uang dulu 8,25 M kemudian besok nya bayar untuk pembelian properti senilai 8 M

mudah2an bisa membantu

ini sedikit sharing saja mudah2an membantu

pertanyaan-nya belon kejawab...dia kan cuma dapet 550 jt...
tapi bagaimana dia bisa bayar 8M???
kalo gak bisa dibuka untuk umum, PM aja..g cuma penasaran doang..pake cara apa dia bayar 8 M itu..

13th July 2009, 12:12
lync
Registered Member Join Date: Jul 2009
Posts: 8


--------------------------------------------------------------------------------

maksud dia kayaknya 8.25 m itu dibayar dimuka, jadi langsung tunai keras sebelum jatuh temp yang diberikan di empunya tempat. Mungkin? mungkin aja...karena biasanya perusahaan besat memang sewa 15-20 tahun dimuka, tujuannya untuk mengikat harga. kalau dia bayar partial hatga tidak mengikat, dan biasanya akan naik, jadi beresiko terhadap rencana kedepan.

saya juga lagi praktek, iseng2 tembak aja tanah komersil yang sangat prospektif di serpong, akan bagus untuk setahun ke depan, menurut jajak pendapat..he..he.. 7000 m nilai 20m? ...emang punya modal? kaga..he..he...trus?...ya xoba aja...ga bayar ini....nah percaya ga percaya...kalau kita mau mulai, ide dan alam semesta seakan2 mendukung. Persis dengan cara diatas, saya iseng lagi buat surat terbuka dan hubungi bagian business development perusahaan2 terkenal atau kantor2 atau bak atau tempat makan terkenal. pucuk dicinta ulan tiba sekarang ada 2 yang nyangkut, tuh tanah tak bagi2, ada 2 yang 2000m2 dan 1 yang 3000m2. sistem sewa 20 tahun, ada yang bagi hasil. moga2 tembus deh, doain aja, ga tembus juga ga pa2, namanya juga usaha gratis.

trus bayarnya ke developer?...pake daun?emang mereka mau kasih waktu lama? ya ga...tapi saya minta grace period 2 bulan plus nego cash bertahap setahun harga tetap.....dikasih?yup...syukur dikasih...sekali lagi namanya juga usaha..kalo diem ya pasti ga dapat apa2.

yang tertarik sistem2 seperti ini ayo diskusi di gemateam@yahoogroups.com. ilmu lama mengajarkan bayar cicilan bank pake usaha dan sewa. itu lama, ilmu sekarang, beli properto cash keras, setelah beli hasil usaha atau sewa jadi income bulanan, bukan buat bayar properti. Ilmunya banyak, tapi kudu praktek, intinya menurut saya berbau2 mengajak kerjasama saling menguntungkan ke pihak ke3, tapi bukan investor....penasaran?sama...!!! makanya coba2 iseng2 berhadiah


lync
View Public Profile
Send a private message to lync
Find all posts by lync

#20 13th July 2009, 22:27
pengamatpolitik
Addict Member Join Date: Oct 2008
Posts: 445

--------------------------------------------------------------------------------

Nearly impossible.. tapi bukan berarti tidak mungkin.. bisa saja..
Hanya di masa GFC dan deflasi seperti sekarang ini..
dimana perputaran uang semakin lemah..

apakah masih banyak orang yang berani komit kepada suatu pengeluaran uang jumlah besar? dalam sekali bayar?
Hampir setiap hari banyak berita mengenai rescheduling hutang, penundaan pembayaran, atau perubahan pola bayar yang tadi nya lumpsum, sekarang jadinya di cicil..

Nearly impossible, tapi ya kalau ketemu pihak yang cocok, bisa saja.

kemungkinan nya jauh lebih kecil daripada seorang agen asuransi jiwa mendapatkan klien..

tapi selama masih ada kemungkinan, memang bisa dicoba, asal kerja keras dan mau berbuat, Tuhan yang memberikan jalan nantinya ya

14th July 2009, 14:51
lync
Registered Member Join Date: Jul 2009
Posts: 8



--------------------------------------------------------------------------------

Quote:
Originally Posted by pengamatpolitik
bagaimana caranya supaya anda tau alamat businees development perusahaan2 terkenal?apa yg anda maksud dgn bak?klo biaya sewa selama 15 thn ampe 20 thn sama dgn atau lebih murah dr harga propertinya atau lebih mahal sedikit dr harga propertinya skrg,knp perusahaan2 besar ga membeli propertinya aja sekalian?bos2 perusahaan itu ga bodoh,bro.mereka pasti berpikir:klo gue beli tanah/tempatnya dgn harga yg sama dgn harga sewa,mendingan gue beli aja sekalian tanahnya/tempatnya. lalu mereka mau menyewa tanah itu jika anda sudah memperlihatkan sertifikat asli tanah itu (sertifikat tanah/tempat itu hrs atas nama anda).sedangkan anda belum diberi sertifikat tanah itu oleh pemiliknya krn anda belum membayar/melunasi harga yg disepakati.bagaimana mereka(calon penyewa) mau membayar lunas harga sewa tempat/tanah itu kepada anda sebelum anda memperlihatkan sertifikat tanah/tempat itu kepada mereka?

maksudnya bukan bak, tapi bag (bagian). Gimana caranya tau bagian business development?langkah pertama, cari nomor teleponnya, di internet, dicabang terdekat, koran mungkin, majalah franchise atau apapun. Coba telpon tanya kantor pusat dan nomor teleponnya, cari bagian BD-nya, coba pancing info mau buka cabang gak, baru kemudian tawarin, meskipun tanah atau bangunan belum ada. ngomong doank gratis kan?
Bro, emmang bener kata lo, kalo nilai sama ngapain mereka ga beli? itung2an matematikanya memang bener, jadi kalo tanah komersil yang gue maksud itu 4jt per meter, harga sewanya drastis banget menurut developer dan broker sana, cuman 50-60rb per meter per tahun, paling ditotal gue cuman dapet 25% dari nilai yang gue butuhkan...itu cara normal...tapi...sebelum gue bikin surat terbuka ke BD perusahaan2 itu, gue tanya dulu...kiri kanannya mau dibikin apa?wah ternyata, akan dibangun universitas yang cukup terkenal dan tampaknya akan menyedot mahasiswa banyak, lalu ada showroom kendaraan merek besar, 3 resto besar, tempat belanca kelas ITC, hotel bintang 4, lah...pantes harga mahal.....lalu ga jawab pertanyaan nih, emang mau yang kita tawarkan tadi bayar lebih mahal? TENTU MAU! kenapa?karena mereka tidak semuanya punya info mahal dan strategis itu. Begitu saya bilang saya punya tanah dan dalam setahun ke depan akan sangat ramai dan dibangun perusahaan2 dan pusat keramaian itu, maka nilai sewa saya ajukan 4 kali lipat dari harga normal. Pada saat mereka cek informasinya pun akan sama. Tapi jika ingin sewa harga murah, sudah tidak bisa lagi, karena saya punya perjanjian khusus dengan si empunya tanah. Faktor kedua, sewa 20 tahun dengan harga agak tinggi dan yakin akan bagus akan lebih baik daripada sewa partial, karena nilai tiap tahun akan naik. Untuk perusahaan2 tertentu, konsep sewa memang jadi pilihan jangka panjang sesuai perhitungan investasi mereka. Bayangkan mereka hanya sewa 5 tahun, dan bep investasi pun 5 tahun, tiba2 pas perpanjang dinaikkan 200-400% atau out, bisa habis mereka. Faktor ke3 adalah, saya split tanahnya dan memang tidak bisa dibeli partial sesuai keinginan perusahaan tersebut.

Lalu, kalo perusahaannya ga mau?ya...cari lagi sampai mau, namanya juga nyoba. Bro, yang namanya tanpa modal itu, jangan ditelen bulet2, tentu ada modal ongkos, pulsa, materai, print...tapi tidak signifikan dengan hasil. yang penting coba aja, kalau saya punya waktu 2 bulan coba, kalo ga dapet juga ga pa2, minimal da pengalaman dan database di kemudian hari ke perusahaan2 itu. Karena mungkin mereka ga ada rencana sekarang, dilain waktu ada.

Tentang sertifikat...ga harus lo punya sertifikat atas nama lo bro, secara hukum begitu ada keterikatan prinsipil yang dituangkan di perjanjian maka jual beli berlaku. tentunya gue pasti minta hal yang sama ke developer, mana sertifikatnya...copy-an...alasannya gue mau nunjukkin ke rekan gue bahwa tanahnya ga bermasalah. begitu dapet gue baru tunjukkin. Kalo kita beli rumah kredit, dan hari ini kita baru kasih tanda jadi (bukan dp), besok pun kita sudah bisa jual... apa bener?...bener bro...lo coba aja dulu he..he..udah dipraktekkan soalnya (biaya ganti nama dan pelunasan dll nanti diatur sama yang beli)..dengan catetan tuh tanah atau bangunan harus strategis. intinya disini, gue sih lebih iseng incer tanah potensial atau bangunan strategis yang mungkin mahal, tapi nilainya pasti naik, dari pada incer yang murah, menyendiri, dan berharap nilai naik. Yang palin hoki mah dapet strategis dan yang punya butuh uang segera, rela lepas berapapun yang wajar dan ga jual mahal. Jadi ilmu beli disini adalah benar2 untuk beli properti dan buat kita, bukan hanya makelarkan, kita tawar murah, terus jual mahal, tapi bukan milik kita.

Banyak jalan sih sebenarnya, memang ada faktor luck, tapi luck bisa didekati kok kalo kita mau usaha. berharap luck datang agak susah, lagi sibuk dia soalnya he...he...apalagi kalo bulan puasa, sibuk banget (co-luck, baca kolak-red)

Intinya coba aja, tetap diskusi dengan orang yang sebidang dan sealiran, jadi positif terus, selama ga bikin bangkrut dimuka, saya kira peluang ini pantas dicoba, kalo ga cocok...ya wis...gitu aja kok repot...he..he.. pis bro


lync
View Public Profile
Send a private message to lync
Find all posts by lync

#26 16th July 2009, 00:55
snip
Registered Member Join Date: Jul 2009
Posts: 2


--------------------------------------------------------------------------------

Hi bro lync,

Cara yang logis, sy setuju sekali dengan bro, asal kita mau usaha pasti bisa dapat sesuatu daripada tidak usaha apa2 malah dijamin tidak dapat apa2. Dan usahanya juga tidak pakai modal, tapi kalau tembus wow lumayan hasilnya, sy doakan semoga berhasil bro.
Cara ini dari seminar bp cipto tsb atau dari seminar lain?
Thanks

Regards,

Snip

lebih lanjutnya search aja di google.

Jumat, 18 Desember 2009

IKUT SEMINAR EU

Saya ikut free seminar EU oleh Purdi E Chandra sekitar Maret 2009, di hotel Maharani.
Purdi E Chandra berhalangan hadir karena masih di pesawat, seminar utamanya di isi oleh mantan murid EU yang sekarang sudah go life.
Menu utamanya, berisi kenapa perlu jadi pengusaha. Cukup membumi lha, karena mereka bicara bahwa idealnya semua mulai dari bawah.
Yang menarik mentornya bicara bagaimana mentalitas pegawai yang berniat jadi pengusaha : buka buku, angka ditulis, ditambah, dikurang, ditarik garis bawah. Dapat hasilnya minus. Usaha dianggap rugi. Buku ditutup. USAHA BELUM DIBUKA SUDAH DITUTUP.
Khas EU adalah ide usaha dengan modal seminim mungkin atau tanpa modal sama sekali. Untuk tanpa modal yang paling relevan adalah dengan pinjam uang ke Bank. Sang Mentor menjelaskan bagaimana mulai berhubungan dengan Bank :
  1. Miliki properti dengan ngutang dulu dan pegang komitmen bahwa property tsb bisa dijaminkan.
  2. Penuhi kelengkapan administrasi Bank : NPWP (gratis), SIUP, TDP (bayar, banyak uang silumannya).
  3. Datangi Bank minta bantuan bikin laporan keuangan ke pegawainya.
  4. Bawa laporan keuangan tersebut ke berbagai Bank sampai ada yang nyangkut.
  5. Setelah ada yang nyangkut, bayarlah property dengan uang pinjaman dari Bank, selanjutnya bekerja keraslah membayar angsuran dari Bank.

Awalnya mungkin akan susah membayar angsuran karena usaha kita belum mulus. Yang penting, walaupun sedikit harus ada angsuran yang di bayar supaya agunan tidak disita. Status kita di Bank mungkin akan jadi Non Performing Loan, tapi harus berani menghadapinya (termasuk menghadapi debt collector), namanya juga mau usaha dengan modal minim.

Setelah kita berhasil, biasanya Bank yang akan ngejar-ngejar untuk menambah limit pinjaman.

Itu gambaran yang saya dapat bila jadi lulusan EU, bersakit-sakit dahulu, agak ngakali sana-sini (pada dasarnya jujur, tapi adalah harus ngakali...), Insya Alloh sukses kemudian..

Akhir seminar diisi dengan testimoni murid-muris EU yang sudah sukses. Ayam Bakar Mas Mono. Pecel Lele Lela, Primagama cabang ini itu.

Dari materi utama dan testimoni, saya mengambil kesimpulan bahwa punya property penting untuk memback-up usaha kita.

Property bisa diagunkan. Kalo belum punya, ya.. itu, salah satunya dengan cara minjam property orang lain yang mau dijual, dapat pinjaman Bank dulu, baru bayar propertynya.

Atau bagaimana mendapat modal kerja dari KPR. Salah satu testimoninya adalah bagaimana punya property dengan nilai 200 juta, tapi bisa dapat pinjaman 500 juta, sehingga 300 jutanya bisa untuk modal kerja usaha. Terus terang saya tidak melihat cara lain untuk mensukseskan cara ini selain ada main dengan pihak appraisal property. Tapi, ini kan tuduhan naif, mungkin saja EU ada tips lain..

Nah, untuk mendapat tips-tips lain itu, kita harus ikut seminarnya lanjutan EU. Bayarnya Rp 2.75 juta untuk beberapa kali pertemuan. Selain dijanjikan dapat banyak tips, kita juga dapat networking dan sharing sampai sukses.


Rabu, 16 Desember 2009

INVESTASI UNTUK RUMAH TINGGAL

Ini untuk yang modalnya gak banyak ya..

Enaknya beli ruko, karena bisa disewakan dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pada kita menyewakan rumah tinggal. Tapi hindari beli ruko yang hanya melayani kompleks pemukiman kecil, karena pasarnya tidak banyak, sehingga perdagangan relatif sepi.

Kalau sanggupnya hanya beli rumah tinggal, mungkin ini bisa jadi patokan :
  1. Bila untuk dikontrakkan atau dijual lagi, sebaiknya beli tipe kecil. Karena lebih cepat laku.
  2. Beli kavling yang terletak di jalan utama, karena ideal untuk dijadikan tempat usaha rumahan.
    Jalan utama biasanya ada di depan kompleks, sehingga ketinggian tanah lebih tinggi daripada rumah yang lebih ke dalam. Coba deh perhatikan, rata-rata makin ke dalam letak rumah, makin rendah ketinggian tanahnya sehingga rawan banjir.
    Jalan utama biasanya juga dilewati angkutan umum, sehingga tidak perlu jalan jauh atau harus naik ojek.
  3. Kalau terpaksa beli di jalan dalam, usahakan lebar jalan minimal muat 2 mobil. Biasanya developer mencantumkan lebar jalan di master plan, istilahnya ROW. Bila ROW 7, bukan berarti lebar jalannya 7 meter, tapi yang efektif terpakai untuk lalu lintas hanya 60%. Sisa 40% untuk got, penghijauan, dsbnya. Lebih bagus kalau bisa dapat rumah yang berhadapan dengan fasilitas umum seperti taman atau bagian depan sarana pertemuan/olahraga.
    Kenapa minimal lebar jalan 2 meter, karena tamu kita gak repot cari parkir kalo kita bikin hajatan atau buka usaha. Beberapa Bank juga menerapkan aturan rumah dengan lebar jalan minimal sebagai rumah yang layak dijadikan agunan kredit.
  4. Jangan dekat-dekat sutet, dan jangan dikepung oleh tanah orang lain (sehingga kita tidak punya akses jalan keluar), karena tidak feasible untuk agunan kredit.
  5. Belilah rumah dikompleks yang memiliki banyak rumah, atau akses ke kompleks tetangga terbuka lebar. Karena membeli rumah di cluster-cluster eksklusif hanya cocok untuk ditinggali sendiri. Untuk cari penyewa sulit karena akses masuk tidak bebas, apalagi kalau mau buka toko. Pasarnya paling banyak cuma 50 rumah di dalam cluster itu saja.
  6. Bila setelah bertahun-tahun kompleks rumah kita sepi (sehingga harga tanah tidak naik- naik), kreatiflah. Pelopori pasar kaget di kompleks tersebut, yang bisa merambat terbukanya peluang bisnis di daerah tersebut, sehingga harga tanah ikut naik.
  7. Coba cari rumah yang dekat dengan kompleks perumahan elit, karena walaupun hanya perumahan non real estate, kompleks kita bisa ketularan fasilitas dari real estate tersebut. Atau lihat di peta seperti Jakarta Map yang komplit, disana terkadang terlihat arah pembangunan suatu perumahan elit. Misalnya Villa Nusa Indah, awalnya terlihat jauh dari Kota Wisata. Tapi di peta Jakarta 2002 sudah terlihat daerah pembebasan tanah Kota Wisata makin menuju Jati Asih, akhirnya saat ini Villa Nusa Indah menjadi tetangga dari pintu belakang Kota Wisata.
  8. Dan yang terakhir, sebagai penghuni kompleks, kita jangan egois, sehingga maunya pasang portal sana-sini. Dengan portal, kompleks kita jadi terkukung, nilai ekonomis property juga jadi rendah. Yang rugi, penghuninya juga 'kan?

Demikian sharing dari saya, berdasarkan pandangan dari ayah saya, dan dari pengalaman tinggal di Kelapa Gading, daerah yang kaya komunitas bisnis, tapi juga kaya komunitas yang hobi berportal/cluster ria, sehingga mudah membandingkan 2 kondisi ini.

Mohon dipost kalau ada sharing berharga.



Selasa, 15 Desember 2009

Circle of Life


Eric Supijan Arimurti, nama papi saya.

Dari kehidupan yang dia alami, saya merasa bahwa benar kakek mempengaruhi ayah, ayah mempengaruhi anak, anak ke cucu...

Aki (Kakek) saya suka banyak hal. Minatnya beragam. Koleksi bukunya (kebanyakan bahasa Belanda) menjelaskan banyak minatnya tersebut. Latar belakangnya tehnik sipil yang kerja di Departemen PU, tapi isi lemari bukunya ada psikologi, fotografi, ramalan, sejarah, travelling pendidikan, science, politik..

Kenapa larinya ke buku? Karena anaknya banyak : 10. Dan karena gaya hidupnya jujur, mana bisa ngongkosi minatnya. Uang saku tambahan di dapat, dengan menulis artikel di majalah-majalah tempo dulu.

Ini menurun ke hampir semua anaknya. Mereka juga punya minat beragam, yang tergambar di koleksi buku-bukunya.

Termasuk papi saya. Isi lemarinya selain psikologi, fotografi, ramalan, sejarah, travelling, pendidikan, science, politik, ditambah dengan marketing, hukum, sastra, biografi, budidaya tanaman, seni, olahraga. Bayangkan, papi punya buku cara bermain tenis, volley, basket, dan sepakbola yang benar. Padahal seumur-umur jarang saya lihat papi berolahraga karena harus dinas kantor melulu.

Akhirnya mami dan kami anak-anaknya otomatis ngikuti. Ditambahlah koleksi buku agama, resep, wayang, kedokteran, filsafat, internet (dari mulai buku komputer jadul seperti wordstar dan lotus, sampai cara nge facebook), mitologi, novel dari yang ringan sampai berat, komik-komik, astronomi, kesehatan, pendidikan anak, macam-macam deh.

Setelah 2 anak saya lahir, koleksi nambah lagi. Karena mereka punya minat yang beda : laut, binatang dan dinosaurus. Tapi, ya Alloh, mereka juga suka astronomi. Ini pasti dari saya.

Mereka juga sudah bisa menandai tanggal gajian saya. Waktu ke toko buku, Mama...

Bila ada waktu dan sedikit lebih uang, koleksi buku tersebut kami hadirkan wujud nyatanya. Misalnya papi yang akhirnya punya kamera serius untuk melengkapi koleksi buku fotografinya. Saya yang punya teleskop untuk lihat bulan. Daffa - anakku - yang maksa terus ke museum geologi Bandung karena sudah tau disana ada kerangka t-rex.

Lumayanlah, saya jadi tidak repot mengajari anak-anak membaca. Karena melihat kegiatan membaca setiap hari di rumah (minimal koran dan majalah), dan selalu rutin melihat buku-buku asyik di toko buku. Akhirnya mereka penasaran berusaha baca sendiri.
Circle of life ternyata beneran ada, ya..







Nama saya Bright


kalau saya lahir sebagai anak laki-laki, itu kata papi.

Harapannya tentu tinggi, makanya dia siapkan nama Bright. Nama depan yang sangat tidak biasa dipakai di negara asal kata ini, apalagi di Indonesia, tahun 70an.

Dia berharap hidup saya bersinar.

Begitu lahirnya perempuan, nama saya Agnes. Nama yang, juga tidak biasa, untuk dipakai seorang muslim (seumur hidup saya akhirnya nama ini jadi bahan pertanyaan banyak orang, juga becandaan, setelah muncul Agnes Monica).

Tapi nama ini juga mengandung harapan. Papi bilang, dia punya rekan kerja di Singapore, yang smart, pretty, always happy. Papi mau saya seperti dia. Jadilah saya Agnes, seperti nama teman Papi itu.

Kalaupun akhirnya saya jadi seperti ini : gendut, hitam, boyish, berkacamata tebal (minus 7 lho), saya rasa dia juga tetap bangga pada saya (walaupun dalam hati mungkin kecewa, hehehe..)

Karena dia pernah bilang (ketika saya 2 SMP, tumben-tumbenan dia melarang pergi camping, padahal biasanya ngasih aja) : anak papi, harta papi, kalau kamu tidak ada, hidup papi seperti tidak punya apa-apa.

Dulu sih saya tetap ngambek, karena ngotot kepingin pergi. Tapi sekarang saya pikir. Itu adalah kata-kata yang sangat membangkitkan harga diri. Bahwa seorang anak, seperti apapun dia, adalah harta paling berharga.

Dibanding Halle Berry yang mengalami kekerasan dari ayahnya, dan berkata bahwa dia beruntung punya seorang guru yang bisa membangkitkan harga dirinya.. Saya sangat beruntung.

Sekarang Papi sudah tidak ada. Dia pergi tepat 10 hari umur anak pertama saya, cucu pertamanya. Anak laki-laki diantara keluarga kami yang isinya perempuan semua.

Saya tetap gendut, kumal (saya pernah terpaksa ikut kursus kecantikan yang didaftarkan kantor, karena sebagai kepala cabang, saya dianggap lusuh...)

Tapi saya yakin Papi tahu, bahwa apapun yang terjadi pada saya, jatuh bangun yang ada, saya tetap berusaha hidup saya sesuai harapannya : Bright !

Terimakasih doanya, Papi..