Jumat, 08 Januari 2010

Lapak : Memulai Usaha Murah Meriah Mudah

Sejak kenal TDA 2 tahun lalu, terus terang agak sulit untuk mulai action karena terbentur masalah mental (gaji dan posisi di kantor sudah lumayan). Sehingga apapun rencana bisnis yang ada dipikiran selalu mentok, karena selalu ujung-ujungnya (refleks aja) dibanding-bandingkan dengan gaji. Belum lagi, karena masalah gaji dan kedudukan di kantor ini, membuat dukungan keluarga jadi minus.
Awalnya saya coba bikin toko online. Barang2 sudah dibeli. Pesan nama hosting seratusribuan setahun. Ketika menghubungi web designer, dia minta 2 juta. Akhirnya saya lebih memilih membuat toko online dengan panduan buku joomla beli di Gramedia. Ada CD, dan caranya mudah, harganya gak sampai 50 ribu. Tapi, sampai sekarang nggak jadi2.

Kenapa?

Maklum, saya 'kan berstatus Mom. Nah, anak2 pada aneh, tumben lihat mamanya libur kok betah dirumah aja tapi tidak mau ajak main mereka ('kan mama sibuk di depan komputer), buntutnya malah pada aktif colak colek mama. Minta gendong, minta mandi, dsb. Yang enak pengasuh2nya. Bisa telpon-telponan pacar. Hehe..

Kegiatan motret, menentukan harga, ngikuti step by step petunjuk di buku, ternyata capek benar bila dilakukan sendiri. Terutama bila item barangnya cukup banyak.

Intinya, saya kecape-an. Pelan-pelan berhenti deh persiapan buka toko online-nya. Dimantapkan dengan peristiwa kebablasan mendelete program joomla-nya sewaktu sedang menghapus program2 game di komputer.

Lewat deh target TDB 90 days Challenge dari Pak Rony.

Tapi, karena virusnya masih ada di dalam hati, sekali-sekali saya surving dan baca-baca terkait mompreneurship. Hanya saja, motivasi get other income sudah hilang. Saat ini pengalaman masuk dunia entrepreneur lebih saya perlukan untuk memperkaya kehidupan anak-anak.

Ketemu blognya Mba Lina. Sepertinya kondisi sehari-hari dia mirip saya. Blognya di http://linasuharlina.blogspot.com/ sangat inspiratif (tapi sekarang kegiatan bisnisnya justru lagi mandek, semoga bisa dilanjutkan lagi. Positifnya, kisah jatuh bangunnya Mba Lina ini bisa menjadi input yang sangat berharga).

Akhirnya saya jadi tertarik memperdalam ilmu perlapakan. Karena sepertinya hal yang paling mudah dan nggak jelimet untuk dijalani. Lapak, sebenarnya pedagang kaki lima 'kan? Tumben, saya kok nggak kepikiran malu atau apa, gitu ya... Virus entrepreneurnya dah lumayan masuk nih..

Selain Mba Lina, inspirasi juga banyak dari kegiatan TDA yang berlapak ria, antara lain blognya Mas Ananto http://hendrainc.blogspot.com/2007/03/ananto-sharing-tda-lapak-tangerang.html. Kisahnya Pak Hadi Prayitno juga seru http://balenajwa.blogspot.com/2009/04/ngelapak-di-tmii.html. Atau sharingnya Pak Tony Lisaffwan (sekarang blog-nya dimana sih, Pak?) sewaktu ikut Pasar Kaget Kalibata depan STEKPI.

Lapak pertama saya di Kompleks Vila Nusa Indah 3. Kebetulan (kalo niat lagi kencang, banyak kebetulan berdatangan, ya?) ketika saya lewat disana (saya punya rumah yang dikontrakkan, setahun sekali belum tentu saya tengok, tapi kok kemarin tumben kepingin lihat-lihat) ada pengumuman bahwa mulai minggu depan, tanggal 13 Desember 2009 akan dibuka Bazaar Warga. Infaqnya cuma Rp 5.000, setiap hari minggu jam 06.00 - 10.00. Selain bazaar, akan ada senam pagi. Untuk pendaftaran bisa menghubungi panitia yang nomornya ada di spanduk.

Wah, lumayan banget. Saya membayangkan, disini saya tidak perlu malu atau apa. Karena pesertanya pasti ibu2 atau keluarga yang niat belajar jualan. Hari sabtunya saya kulakan kaos, manset dan celana legging, total sekitar 4 lusin. Besoknya, dari rumah habis sholat subuh langsung berangkat, bawa meja dapur, kursi organ, bawa semua hanger baju yang ada dirumah dan pinjam jemuran (mulai sekarang, setiap hari minggu menjemur baju di pagar saja, karena jemurannya sedang dialih fungsi) : muat satu mobil Karimun. Dari Kelapa Gading, masih gelap-gelap, langsung tancap gas...

Sampai disana, dugaan saya benar. Isinya 'pemain baru' semua. Dagangan digelar serba alakadar, tapi ditawarkan dengan penuh semangat, dan dengan harga masih malu2 (niat ngambil untungnya masih pada mikir, hehe...). Hari pertama itu, dagangan saya termasuk yang lumayan laku. Saya jual kaos ABG yang dijual cuma 20ribuan. Ambil untungnya benar2 tipis. Maklum, saya masih perlu disemangati. Bentuk semangatnya antara lain adalah : ada yang mau beli jualan saya. Kalau ambil untung besar dan nggak laku, bisa down saya.

Tapi manset dan celana legging saya, susah banget lakunya. Ya, disini saya belajar selera pasar. Keuntungan hari pertama : Minus Rp 24 ribu, karena saya memperhitungkan bensin dan tol. Untuk tidak memperdalam kerugian, saya bela-belain nggak beli makan/minum. Prihatin deh..


Minggu depannya, saya ikut lagi. Tetangga saya, sudah nambah modal tenda. Saya sudah nambah modal body display. Intinya, peserta Bazaar yang kemarin, minggu ini semua sudah dalam tahap 'mengembangkan sayap' bisnis masing-masing. Jenis barang yang dijual dibanyakin, meja2 ditambah, display ditambah. Harga lebih variasi. Ada yang sudah mulai berani cetak brosur. Ck..ck..ck... hebat juga semangatnya para beginner ini.

Wah, wah, persaingan makin tajam nih. Tapi alhamdulillah pembelinya juga lebih banyak. Saya masih tetap minus. Tapi cuma Rp 9 ribu. Insya Alloh, minggu depan bisa surplus.

Nah kebetulan (lagi), pulang dari Villa Nusa Indah 3 saya lewat Pulomas untuk isi bensin. Ya, ampun... di sana ada pasar kaget juga. Surving sana-sini, ternyata sudah 4 tahun.


Saya kemana aja selama ini ya? Kok baru tahu. Jalan-jalannya cuma ke Mall, sih... Ditimbang-timbang, kalo saya jualan disini, Insya Alloh bisa surplus, karena bensin dan tol tidak usah dipikirkan... Selain itu, pengunjungnya juga jauh lebih ramai, tidak hanya sekedar pengunjung yang sedang olahraga pagi.

Bismillah, dicoba deh...

















1 komentar:

  1. Assalamualaikum Bu Agnes, masih jalan bisnis lapak di pulomas? jd pengen nyoba2 nih...

    BalasHapus